Solusi dan teknik dalam menghadapi masalah tingkah laku anak : Apresiasi

Terkadang sebagai orang tua ataupun guru, kita sering berpikir ,"Bagaimana ya biar anak ini jadi baik?  Kenapa ya anak ini 'aktif' sekali." 


Sebagai guru kitapun sering bingung dengan gaya remaja yang dengan berani mengkonfrontasi dan menantang guru dan orang tua di depan anak lainya. Perilaku anak kita yang cuek, dingin dan bahkan melawan omongan orang tua.

Baik guru dan orang tua sering kali berpikir ,"Apalagi yang harus saya lakukan?"
Tak jarang itu yang menjadi pertanyaan satu juta dollar bagi para guru dan orang tua dalam menghadapi tantangan ini.  

Dari pengalaman saya mengajar anak-anak yang merupakan korban konflik di timur tengah hingga anak pedalaman.Dari anak-anak yang bermasalah dengan hukum bahkan hingga sekarang menjadi teacher educator IOM (International organization of migration), sebuah organisasi di bawah PBB yang menangani migran, saya percaya apresiasi yang diberikan secara tulus adalah pil yang menjawab masalah-masalah dalam tingkah laku anak-anak secara umum.

apresiasi?


"A Drop of honey will attract more bees than a gallon of gall"

Namanya adalah mossad, ia adalah salah satu murid saya di yayasan X yang memberikan pendidikan bagi anak-anak pengungsi di Indonesia. Di umurnya yang delapan tahun, mossad belum pernah merasakan pendidikan formal karena dia harus berpindah dari satu negara ke negara lain untuk menghindari perang. Mungkin hal itu yang membuat dia memiliki kesulitan untuk bersosialisasi dan mengikuti kelas. Jika ada hal yang membuatnya jengkel sedikit, dia akan segera menghancurkan benda bahkan tak segan memukul orang yang ada di sekitranya. Pada dari kedua saya mengajar, ketik saat di saya sedang menuliskan kata-kata di papan tulis, mossad mencekik temanya hingga ke lantai. 

Berkali-kali saya mencoba untuk menenangkan mossad, namun tetap saja cara yang sama tidak berfungsi. Bukan menjadi lebih baik, Mossad malah semakin kesal dengan saya. Sampai, saya mencoba caru baru dengan menjadikan Mossad sebagai ketua kelas. Sejujurnya, itu bukan rencana awal saya. Saat Mossad terpilih saya mulai khawatir. Namun, saya berusaha percaya denganya. Perlahanpun, saya mulai mempercayakan beberapa tanggung jawab kepadanya seperti meminta mossad untuk menjaga ketenangan kelas dan bertindak sebagai mediator saat ada yang bertengkar (pertengkaran di kelas merupakan masalah yang cukup rutin terjadi).

saat terjadi pertengkaran antara anak murid. 
"Mossad, can I ask you to separate amir and amin, please?" 

Mossad pun dengan percaya diri memisahkan anak murid yang bertengkar. Dia juga mengisi peran sebagai mediator dan translator yang sangat baik. Setelah mendengar dari Mossad saya menjadi mengerti alasan pertengkaran. Hal ini dikarenakan Saya tidak mengetahui bahasa Ibu mereka, sehingga bantuan bahasa dari Mossad sangat membantu.

"Thank you Mossad, you are a very good class leader, so responsible. You help teacher a lot. with your help, the class condition becomes better. I'm really proud of you." I said to him after class. 

Detiap perbuatan baik Mossad, saya selalu memberikan apresiasi tulus. Dari dahulu Mossad yang suka bertengkar dan pemarah, Mossad menjadi pemimpin yang baik dan membantu orang-orang di sekelilingnya. Tingkah lakunya yang sudah banyak berubah, membuat saya tenang melepaskanya saay ia akan pergi ke Amerika. Tentu Mossad, bukanlah anak yang sempurna terkadang banyak hal yang dapat membuatnya kecewa dan marah, tapi bukan itu fokusnya. Fokusnya adalah bagaimana setiap perubahan kecil yang Mossad lakukan dilihat, didengar dan dihargai. 

Saya masih ingat surat terakhir yang Mossad tulis untuk saya sebelum ia berangkat. 

Teacher, I love you. I want you to be my teacher forever. 

Tidak ada apresiasi yang lebih besar yang bisa guru harapkan selain itu. Mungkin, kalau saya hanya menghukum Mossad, kesal dengan tingkah lakunya atau bahkan mempermalukanya di depan teman-temanya, bukan hanya Mossad akan membenci saya mungkin juga dia tidak akan pernah belajar menjadi lebih baik. 

(1)Apresiasi    (2) Penghargaan terhadap perubahan kecil     (3)Buat kesalahan sebagai hal kecil yang mudah untuk diperbaiki

adalah tiga hal mudah yang bisa kita lakukan untuk membantu anak kita berkembang menjadi anak yang jauh lebih baik.

"The deepest principle in human nature is the craving to be appreciated." Dale Carnegie

Apresiasi jauh berbeda dengan flaterry. Flaterry itu kosong dan tidak tulus. Sedangkan apresiasi diberikan dari hati. Tujuanya adalah untuk  menghargai orang lain bukan untuk semata-mata membuat orang lain menjadi senang dengan kita. Flaterry -- orang yang melakukan ini biasa disebut dengan penjilat-- dapat tercium ribuan mil jauhnya. Tidak ada yang senang 'dijilat', tapi semua orang akan selalu bahagia jika dihargai usahanya dengan tulus.


bahkan saat kita ingin memberi kritik berilah apresiasi terlebih dahulu dan ...

# USE AND - NOT BUT

"Hal apa yang bisa kuhargai dari usaha anak-ku hari ini? " jika itu yang menjadi mindset kita maka apresiasi akan menjadi bagian normal dalam hidup.

"Kelas PC 2, adalah kelas yang paling berisik."
"yang paling buat tenggorakan sakit karena harus teriak-teriak!" begitu komentar semua guru.

Namun, dicoba menerapkan "Hal apa yang bisa kuhargai dari sifat PC2 secara tulus?"

maka akan menjadi ...

"kalian kelas yang paling aktif, seru dan lucu saat belajar. Jadi guru tidak mengantuk. tapi, kalau bisa saat guru sedang mengajar kalian mendengarkan."

bukankah sudah terdengar seperti apresiasi?

Namun, saat mendengar apresiasi dengan kata tapi, kembali wajah murid-murid PC2 sedih. Kata tapi membuat apresiasi diawal terdengar palsu dan dipaksakaan. Seakan ada hanya untuk membuat kritik terdengar halus.

"Kamu baik tapi bukan tipeku"




bayangkan jika kita hilangkan momok kata tapi dan kita ganti dengan dan.

"kalian kelas yang paling aktif, seru dan lucu saat belajar. Jadi guru tidak mengantuk dan dengan usaha yang baik serta mendengarkan saat guru menjelaskan, kalian akan menjadi kelas yang amazing" Saat mendengar apresiasi tersebut dengan semangat PC2 bertepuk tangan bahkan hingga standing ovation. Setelah itu, tidak pernah saya mendapati kelas PC2, selama dalam pelajaran saya berisik diluar pelajaran ataupun tidak semangat. Entah mengapa, kelas yang menjadi momok bagi orang lain adalah favorit saya.

Setelah saya ingat-ingat lagi, salah satu alasan saya bertahan menjadi guru adalah karena apresiasi murid-murid saya dan juga co-teacher saya. Saat saya sedang berusaha, mereka tidak lupa untuk mengapresiasi saya.

"Nurul, you are a good teacher, you handle the kids really well."
"I love how you prepare your class in details beforehand."
"Teacher, you are my favorite."

Mungkin kalau saya tidak mendengar apresiasi mereka atas usaha saya, saya menjadi tidak bersemangat. Mungkin saya akan merubah jalur saya.

Bahkan banyak organisasi kehilangan pegawai-pegawai terbaiknya karena kurangnya apresiasi. Setiap pekerjaan bagus, terlewat begitu saja hanya dianggap bagian dari pekerjaan yang dibayar. Manusia membutuhkan lebih dari sekedar bayaran yang tinggi untuk bertahan di suatu tempat.

Begitu juga dengan anak-anak kita, apresiasi yang tulus dari usaha mereka akan menjadi motor penyemangat mereka untuk terus maju dan berkembang. Sedangkan, banyak kasus dimana anak-anak yang hanya di kritik, dimarahi bahkan dipermalukan di depan orang lain, berkembang menjadi anak-anak yang melawan guru dan orang tua.

Jadi, coba kita bersama pikirkan. Hal baik apa yang bisa kuapresiasi dari anakku hari ini?

Komentar

Postingan Populer